Selasa, 21 Juni 2011

komunikasi data BAB6 TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL

6.1 Transmisi Asinkron dan Sinkron

6.1.1 Transmisi Asinkron

Ada dua pendekatan yang umum digunakan untuk mencapai sinkronisasi yang diharapkan. Pertama, dengan nama yang cukup ganjil, yaitu transmisi asinkron. Strategi dalam skema ini adalah menghindari masalah timing dengan cara tidak mengirimkan aliran bit yang panjang dan tidak putus-putus. Jadi data ditransmisikan satu karakter sekaligus, di mana setiap karakter panjangnyalima sampai delapan bit. Timing atau sinkronisasi harus dipertahankan hanya di dalam setiap karakter; receiver mempunyai kesempatan untuk melakukan sinkronisasi kembali pada permulaan setiap karakter baru.

6.1.2 Transmisi Sinkron

Dengan transmisi sinkron, suatu blok bit ditransmisikan dalam suatu aliran yang mantap tanpa kode start dan stop. Panjang blok tersebut dapat terdiri dari banyak bit. Untuk mencegah ketidaksesuaian waktu di antara transmitter dan receiver, detaknya bagaimanapun juga harus disinkronisasi. Salah satu kemungkinan adalah dengan menyediakan sebuah jalur detak terpisah di antara transmitter dan receiver. Salah satu sisi (transmitter atau receiver) mengatur jalur secara teratur dengan satu pulsa pendek per waktu bit. Sisi lainnya menggunakan pulsa reguler ini sebagai detak. Teknik ini bekerja dengan baik untuk jarak pendek, tetapi untuk jarak lebih panjang, pulsa detak akan menjadi sasaran gangguan-gangguan yang sama seperti yang terjadi pada sinyal data, ditambah lagi dengan adanya kesalahan timing.

6.2 Tipe-Tipe Kesalahan

Pada sistem transmisi digital kesalahan terjadi ketika bit berubah di antara transmisi dan penerimaan; yakni, biner 1 ditransmisikan dan biner 0 diterima, atau biner 0 ditransmisikan dan biner 1 diterima. Dua tipe kesalahan yang umum dapat terjadi; kesalahan bit-tunggal dan ledakan kesalahan. Kesalahan bit-tunggal adalah kondisi kesalahan yang terisolasi yang mengubah satu bit, tetapi tidak mempengaruhi bit yang terdekat. Ledakan kesalahan dengan panjang B adalah sederetan bit B di mana bit pertama dan terakhir serta sejumlah bit menengah diterima dalam kesalahan. Lebih tepatnya, IEEE Std dan ITU-T Recommendation Q.9 mendefinisikan kedua ledakan kesalahan sebagai berikut. Ledakan kesalahan: grup bit di mana dua bit mengalami kesalahan berturut-turut selalu dipisahkan kurang dari sejumlah x bit yang benar. Bit yang mengalami kesalahan terakhir dalam ledakan dan bit pertama mengalami kesalahan pada ledakan berikutnya dipisahkan oleh x atau lebih bit yang benar.

6.3 Deteksi Kesalahan

6.3.1 Cek Paritas

Skema yang paling sederhana dari deteksi-kesalahan adalah dengan membubuhi sebuah bit paritas pada akhir sebuah blok data. Contoh umumnya adalah transmisi karakter, di mana sebuah bit paritas disertakan pada masing-masing karakter IRA 7-bit. Nilai dari bit ini diplih sehingga karakter memiliki angka genap dari 1 (paritas genap) atau angka ganjil 1 (paritas ganjil).

6.3.2 Cyclic Redudancy Check (CRC)

Satu dari yang paling dan yang paling kuat, dari kode deteksi-kesalahan adalah cyclic redudancy check (CRC) atau cek redudansi siklik. Yang dapat dideskripsikan sebagai berikut. Misalnya terdapat sebuah blok k-bit, atau pesan, sehingga transmitter menghasilkan sebuah deretan (n-k) –bit, dikenal sebagai frame check sequence (FCS) atau urutan cek bingkai, seperti frame hasil, terdiri dari n-bit, dapat dibagi dengan angka yang telah ditentukan. Receiver kemudian membagi frame yang datang dengan angka tersebut dan, jika tidak ada sisa, diasumsikan tidak terjadi kesalahan.

6.4 Koreksi Kesalahan

Deteksi kesalahan merupakan teknik yang bermamfaat, ditemukan dalam protokol data link control, seperti HDLC, dan dalam protokol transpor, seperti TCP. Bagaimanapun juga, koreksi kesalahan menggunakan kode deteksi-kesalahan, membutuhkan blok data yang akan ditransmisikan ulang. Untuk aplikasi nirkabel, pendekatan ini tidaklah mencukupi untuk dua alasan.

  1. Laju kesalahan bit pada link nirkabel dapat menjadi dangat tinggi, yang akan menyebabkan sejumlah besar transmisi ulang.
  2. Pada beberapa kasus, terutam link satelit, penundaan perambatan sangat lama dibandingkan dengan waktu transmisi debuah frame tunggal. Hasilnya adalah sistem sangat tidak efisien.

Oleh karenanya, receiver diharapkan mampu mengkoreksi kesalahan dalam sebuah transmisi yang akan datang berdasarkan bit dalam transmisi tersebut.

6.5 Konfigurasi Kanal

Dua karakeristik yang membedakan berbagai konfigurasi data link adalah topologi dan apakah link tersebut half duplex atau full duflex.

6.5.1 Topologi

Topologi data link menunjukkan susunan stasiun secara fisik pada medium transmisi. Jika hanya terdapat dua stasiun (contohnya, terminal dan komputer atau dua komputer), linknya adalah titik-ke-titik. Umumnya, link multititik digunakan dalam kasus sebuah komputer (stasiun primer) dan serangkaian terminal (stasiun kedua). Saat ini, topologi multititik banyak ditemukan pada local area network.

6.5.2 Full Duplex dan Half Duplex

Perpindahan data melalui jalur transmisi dapat diklasifikasikan sebagai full duplex atau half duplex. Dengan transmisi half-duplex, hanya satu dari dua stasiun pada link titik-ke-titik ayng dapat melakukan transmisi saat itu juga. Mode ini disebut sebagai alternatif dua-cara (two-way alternate). Untuk transmisi full-duplex, dua stasiun dapat secara simultan mengirim dan menerima data dari yang lainnya. Oleh karena itu, mode ini dikenal sebagai dua caracara secara simultan (two-way simultaneous) dan mungkin dibandingkan dengan jembatan satu-jalur, dua-cara. Untuk perpindahan data komputer-ke-komputer, bentuk transmisi ini lebih efisien daripada transmisi half-duplex.


SUMBER: http://www.jayatektronik.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar